Minggu, 30 Desember 2012

Gara-Gara Gelang Persahabatan ~ Story


            Saat selesai lebaran kami kembali beraktifitas belajar di sekolah seperti biasa.
Saat itu Tresia baru datang ke sekolah, sampai di depan kelas.

            Nasya  : ”Assalamu’alaikum, waduh....., kemana ya teman-teman?” (Sambil membuka pintu kelas dan berjalan masuk)
            Ria       : (Berjalan dari kelas 8b mendekati Nasya) “Wa’alaikum salam Nasya, bagaimana liburan lebaranmu disana, apakah mengasyikkan? ”.
            Nasya  : “Mengasyikkan karena bisa berkumpul dengan seluruh anggota keluargaku di sana.” (Sambil melangkah masuk ke ruang kelas dengan diikuti Ria dari belakang)
            Intania : (Muncul dari pintu, sambil berjalan menuju Nasya dan Ria) “Memangnya kamu liburan kemana Sya?”
            Nasya  : “Liburan ke Palembang, Tan.” (Sekilas melihat ke Intania dan beralih pandangan ke Ria)
                        “Oh iya Ria, ini aku ada Oleh-Oleh dari Palembang, maaf kalau hanya sedikit.”
            Intania dan Ria (Bersamaan) : “Memangya apa Sya?” (Memasang muka bingung)
            Nasya  : “Gelang untuk persahabatan kita. Tapi maaf, gelangnya hanya ada tujuh buah,  jadi tidak kebagian semuanya  kitakan sepuluh sahabat.”(Sambil memberikan gelang-gelang itu kepada Ria)
            Intania : “Wah bagus sekali!! Ini untuk aku ya, Sya?”(Mengambil salah satu gelang Nasya dan memakainya) “Terima kasih ya Sya. Aku keluar dulu ya?” (Pergi dan membawa gelang itu)
            Ria       : “Hmm... seenaknya dia mengambil saja, kamu juga belum menyetujuinyakan Sya?” (Melirik Intania dan beralih pandangan ke Nasya)
            Nasya  : “Iya. Tapi, gimana ini Ria, kalau Intania mengambil gelangnya satu berarti yang tidak kebagian adalah Radit, karena sesuai hitunganku Intania-lah yang tidak kebagian gelang itu bukan   Radit"(dengan wajah panik).
            Ria       : “Kita ambil saja gelang itu darinya. Dia tidak mempunyai hak memiliki gelang itu.” (Memegang tangan Nasya dan melangkah menemui Intania).
            Nasya  : “Tapi, aku tidak ingin dia merasa tersinggung akan sikap kita kepadanya ini.” (Menghentikan langkah Ria).
            Ria       : “Kalau begitu, bagaimana jika kita tanyakan dengan Radit, apa dia menyetujui gelang itu untuk Intania atau tidak?” (Sambil memegang tangan Nasya kembali dan mengajaknya menemui Radit).
            Nasya  : “Ayolah kita tanyakan sebelum masalah ini berlarut jadi panjang!” (Mengikuti langkah Ria menemui Radit).
Setelah sampai di kelas Radit, mereka langsung mencari Radit dan berbicara tentang masalah gelang itu.
            Radit   : “Hai Nasya, hari apa kamu pulang dari Palembangnya?” (Datang mendekati Ria dan Nasya)
            Ria       : “Sudah lima hari yang lalu. Dit, kami mau memberitahu sesuatu!” (Sambil memasang muka serius dan menghadap ke Radit).
            Radit   : “Apa itu??” (Melihat Ria dan Nasya dengan muka penasaran).
            Nasya  : “Ria, kamu saja yang jelaskan!.” (Sambil melihat ke arah Ria).

            Ria       : “Gini, tadi Nasya mengeluarkan Oleh-olehnya dari Palembang dan memberikan ke padaku untuk membagi kepada sepuluh sahabat lainnya dan tadi juga ada Intania, kemudian tiba-tiba Intania mengambil salah satu Nasya itu dan dia fikir itu miliknya. Tapi, sebenarnya itu milikmu dan dia tidak ada jatah untuk memiliki gelang itu. Pertanyaannya, kamu ikhlas tidak memberi gelang itu untuk Intania?” (Sambil menunjuk ke arah Radit)
            Radit   : “Kenapa dia mengambil seenaknya saja itukan milikku?? Tidak!!!, aku belum ikhlas karena itu milikku. Tapi cara mengambil gelang itu gimana?” (Dengan nada tinggi)
            Ria       : “Kita temui dia dan minta gelang itu.” (Sambil memandang Nasya, Radit dan mengalihkan pandangannya  melihat Intania dari kejauhan).
            Radit dan Nasya         : “Kami mengikuti kamu aja deh!”
Ria, Radit dan Nasya berjalan menuju ke arah Intania yang sedang duduk dan sibuk memandangi gelang itu. Radit pun menyapa Intania.
            Radit   : “Intania, kamu sedang apa?”(Duduk di sebelah Intania dan memandangi tingkah lakunya).
            Intania : “Aku sedang memandangi gelang yang di beri Nasya ini.” (Mengalihkan matanya dari gelang ke arah Ria, Nasya, dan Radit)
            Nasya  : “Langsung saja Tan, sebenarnya gelang itu bukan milik kamu, tapi mlik Radit.” (Dengan merasa bersalah)
            Intania : “Terus yang punyaku mana Sya?” (melihat ke arah Nasya).
            Nasya  : “Begini Intania, hari itu saat aku masih di Palembang sudah ku pesan sepuluh gelang dan waktunya dua hari paling lambat. Setelah itu akupulang, sesampai di rumah nenek, Ibuku bilang akan pulang dari Palembang besok sore. Jadi, pagi besoknya aku ke tempat itu, ternyata yang selesai baru tujuh gelang.” (Menjelaskan dengan Intania)
            Intania : “Jadi, dari tujuh gelang tadi, tidak ada satupun punyaku ya?” (Melihat ke Ria, Nasya, dan Radit).
            Ria dan Radit (berbarengan)  : “Iya!!”
            Intania : “Yaudah, ini Radit punya kamu, maafin aku ya, udah ambil gelang punya kamu.”(Sambil menyodorkan gelang itu ke Radit).
            Radit   : “Iya Intan.” (sambil mengambil gelang itu)
            Nasya  : “Maaf ya, bukan maksudku tidak mau membagimu. Tapi,...” (Intania memotong ucapan Nasya)
            Intania : “Iya gak apa-apa” (Sambil menatap Nasya)
            Ria       : “Intania, lain kali jangan diulangi lagi ya?” (Sambil melihat ke arah Intania).
            Intania : “Iya Ria.” (sambil membalas pandangan Ria).
            Nasya  : “Kalau bermaafan seperti inikan enak, gak ada kesalah pahaman lagi.”
Kamipun akhirnya bermaafan, gelang sudah di kembalikan ke Radit dan semuanya menjadi seperti biasa kembali. Sesudah itu, sesaat mereka bercenda gurau. Bel masuk kelas pun berbunyi, kami semua langsung menuju kelas masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar