Saat selesai lebaran kami kembali
beraktifitas belajar di sekolah seperti biasa.
Saat
itu Tresia baru datang ke sekolah, sampai di depan kelas.
Nasya : ”Assalamu’alaikum, waduh....., kemana ya
teman-teman?” (Sambil membuka pintu kelas
dan berjalan
masuk)
Ria : (Berjalan
dari kelas 8b mendekati Nasya) “Wa’alaikum salam Nasya, bagaimana liburan lebaranmu
disana, apakah mengasyikkan? ”.
Nasya : “Mengasyikkan karena bisa berkumpul dengan seluruh
anggota keluargaku di sana.” (Sambil melangkah
masuk ke ruang kelas dengan diikuti Ria dari belakang)
Intania : (Muncul
dari pintu, sambil berjalan menuju Nasya dan Ria) “Memangnya kamu liburan kemana
Sya?”
Nasya : “Liburan ke Palembang, Tan.” (Sekilas
melihat ke Intania dan beralih pandangan ke Ria)
“Oh
iya Ria, ini aku ada Oleh-Oleh dari Palembang, maaf kalau hanya sedikit.”
Intania
dan Ria (Bersamaan) : “Memangya apa Sya?”
(Memasang muka bingung)
Nasya : “Gelang untuk persahabatan kita. Tapi maaf,
gelangnya hanya ada tujuh buah, jadi
tidak kebagian semuanya
kitakan sepuluh sahabat.”(Sambil memberikan gelang-gelang itu kepada Ria)
Intania : “Wah bagus sekali!! Ini untuk aku ya, Sya?”(Mengambil salah satu gelang Nasya dan memakainya)
“Terima kasih ya Sya. Aku keluar dulu ya?” (Pergi dan membawa gelang itu)
Ria : “Hmm... seenaknya dia mengambil saja,
kamu juga belum menyetujuinyakan Sya?” (Melirik Intania
dan beralih pandangan ke Nasya)
Nasya : “Iya. Tapi, gimana ini Ria, kalau Intania
mengambil gelangnya satu berarti yang tidak kebagian adalah Radit,
karena sesuai hitunganku Intania-lah yang tidak kebagian gelang itu bukan Radit"(dengan wajah panik).
Ria : “Kita ambil saja gelang itu darinya.
Dia tidak mempunyai hak memiliki gelang itu.” (Memegang tangan
Nasya dan melangkah menemui Intania).
Nasya : “Tapi, aku tidak ingin dia merasa
tersinggung akan sikap kita kepadanya ini.” (Menghentikan langkah
Ria).
Ria : “Kalau begitu, bagaimana jika kita
tanyakan dengan Radit, apa dia menyetujui gelang itu untuk Intania
atau tidak?” (Sambil memegang tangan Nasya
kembali dan mengajaknya menemui Radit).
Nasya : “Ayolah kita tanyakan sebelum masalah ini
berlarut jadi panjang!” (Mengikuti
langkah Ria menemui Radit).
Setelah sampai di kelas Radit, mereka
langsung mencari Radit dan berbicara tentang masalah gelang itu.
Radit : “Hai Nasya, hari apa kamu pulang dari
Palembangnya?” (Datang mendekati Ria dan Nasya)
Ria : “Sudah lima hari yang lalu. Dit, kami
mau memberitahu sesuatu!” (Sambil
memasang muka serius dan menghadap ke Radit).
Radit : “Apa itu??” (Melihat Ria dan Nasya dengan muka penasaran).
Nasya : “Ria, kamu saja yang jelaskan!.” (Sambil melihat ke arah Ria).
Ria : “Gini, tadi Nasya mengeluarkan
Oleh-olehnya dari Palembang dan memberikan ke padaku untuk membagi kepada sepuluh sahabat
lainnya dan tadi juga ada Intania, kemudian tiba-tiba Intania mengambil salah satu Nasya
itu dan dia fikir itu miliknya. Tapi, sebenarnya itu milikmu dan dia tidak ada jatah untuk memiliki
gelang itu. Pertanyaannya, kamu ikhlas tidak memberi gelang itu untuk
Intania?” (Sambil menunjuk ke arah Radit)
Radit : “Kenapa dia mengambil seenaknya saja itukan
milikku?? Tidak!!!, aku belum ikhlas karena itu milikku.
Tapi cara mengambil gelang itu gimana?” (Dengan
nada tinggi)
Ria : “Kita temui dia dan minta gelang itu.” (Sambil memandang Nasya, Radit dan
mengalihkan pandangannya melihat Intania dari kejauhan).
Radit
dan Nasya : “Kami mengikuti kamu
aja deh!”
Ria, Radit dan Nasya berjalan menuju ke
arah Intania yang sedang duduk dan sibuk memandangi gelang itu. Radit pun
menyapa Intania.
Radit : “Intania, kamu sedang apa?”(Duduk di sebelah Intania dan memandangi
tingkah lakunya).
Intania : “Aku sedang memandangi gelang yang di beri
Nasya ini.” (Mengalihkan matanya dari
gelang ke arah
Ria, Nasya, dan Radit)
Nasya : “Langsung saja Tan, sebenarnya gelang itu
bukan milik kamu, tapi mlik Radit.” (Dengan
merasa bersalah)
Intania : “Terus yang punyaku mana Sya?” (melihat ke arah Nasya).
Nasya : “Begini Intania, hari itu saat aku masih di
Palembang sudah ku pesan sepuluh gelang dan waktunya dua hari paling
lambat. Setelah itu akupulang, sesampai di rumah nenek, Ibuku bilang akan pulang dari Palembang besok
sore. Jadi, pagi besoknya aku ke tempat itu, ternyata yang selesai baru tujuh gelang.” (Menjelaskan dengan Intania)
Intania : “Jadi, dari tujuh gelang tadi, tidak ada satupun
punyaku ya?” (Melihat ke Ria, Nasya, dan Radit).
Ria
dan Radit (berbarengan) : “Iya!!”
Intania : “Yaudah, ini Radit punya kamu, maafin aku ya,
udah ambil gelang punya kamu.”(Sambil menyodorkan
gelang itu ke Radit).
Radit : “Iya Intan.” (sambil mengambil gelang itu)
Nasya : “Maaf ya, bukan maksudku tidak mau
membagimu. Tapi,...” (Intania memotong
ucapan Nasya)
Intania : “Iya gak apa-apa” (Sambil menatap Nasya)
Ria : “Intania, lain kali jangan diulangi
lagi ya?” (Sambil melihat ke arah Intania).
Intania : “Iya Ria.” (sambil membalas pandangan Ria).
Nasya : “Kalau bermaafan seperti inikan enak, gak
ada kesalah pahaman lagi.”
Kamipun akhirnya bermaafan, gelang sudah
di kembalikan ke Radit dan semuanya menjadi seperti biasa kembali. Sesudah itu,
sesaat mereka bercenda gurau. Bel masuk kelas pun berbunyi, kami semua langsung
menuju kelas masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar